Baito, adalah kependekan dari kata Arubaito. Bahasa Jepang yang berarti kerja paruh waktu. Kata Arubaito merupakan kata serapan dari bahasa Jerman, Albeit, yang artinya bekerja. Kurangnya tenaga kerja di Jepang memungkinkan para remaja dan muda-mudi mencicipi realitas kerja sambil belajar di sekolah. Hukum memperbolehkan para remaja yang sudah duduk di bangku SMA dan universitas untuk bekerja paruh waktu, atau baito.
Baito bisa dilakukan di mana saja dan jenis pekerjaannya luar biasa banyak.
Bila tidak punya waktu banyak, tapi butuh uang dalam waktu singkat, bisa juga melamar untuk baito di acara-acara khusus, seperti pameran atau pesta pernikahan. Biasanya baito kilat seperti ini berlangsung sepanjang hari. Dari pagi sampai malam, di akhir pekan. Tubuh dipastikan pegal-pegal, tapi imbalan yang didapat juga jauh lebih besar.
Saya sendiri pernah baito mengajar bahasa Indonesia untuk orang Jepang. Kebanyakan murid saya adalah para karyawan yang pekerjaannya berhubungan dengan
Saya mengajar di sebuah kursus bahasa asing, jadi bukan hanya bahasa Indonesia saja, bahasa Cina, Vietnam, Inggris, Spanyol dan bahasa-bahasa lainnya juga diajarkan di sana. Yang menarik ialah, seiring dengan berkurangnya peminat bahasa
Saya merasa sedih waktu kelas bahasa Indonesia saya ditutup. Tidak ada lagi yang mendaftar. Bukan saja kehilangan tambahan uang saku, saya juga merasa malu. Seolah-olah saya datang dari negara yang tidak patut dikunjungi, yang bahasanya tidak perlu dipelajari. Padahal Bali pernah menjadi tujuan utama turis Jepang selama puluhan tahun.
Baito, bukan hanya memberi tambahan uang saku bagi para muda-mudi di Jepang, tapi juga merupan ajang untuk bertumbuh dewasa.
Saya bersyukur pernah mengalami masa-masa baito. Dan saya senang adik-adik kelas saya juga melakukannya. Dengan baito, kami diberi kesempatan untuk mencicipi pekerjaan kasar seperti pelayan restoran, tukang potong ikan, atau bahkan tukang parkir. Pengalaman ini membuat kami lebih menghargai orang lain yang kurang beruntung, yang sepanjang hidupnya terpaksa melakukan kerja kasar. Pengalaman baito melatih kami menjadi orang yang punya toleransi dan rasa hormat terhadap orang lain. Menjadi orang dewasa dalam arti yang sesungguhnya.
Silvia Iskandar
Copyright TOKYO BEAThttp://tokyobeat2008.blogspot.com/