Tuesday, October 14, 2008

Lebih Dari Setahun-3

      Hari itu mereka menyantap bento pertama mereka dikelilingi 20-an orang senpai yang namanya langsung terlupakan segera setelah selesai berkenalan. Mereka terlalu banyak untuk bisa diingat dalam sekejap. Bento adalah lunch box khas Jepang yang lauknya macam-macam, mulai dari tempura, yakiniku, potato salad, sampai asinan lobak dan wortel. Semuanya tertata rapi dalam box styrofoam yang bersekat-sekat. Di tengah-tengahnya terdapat  nasi putih yang mengepul dihiasi sebutir umeboshi-semacam aprikot Jepang sebesar kelereng yang diasinkan, kemudian di sekelilingnya diletakkan lauk-lauk lainnya.

 

 

       “Ini tradisi dari tahun ke tahun lho, senpai-senpai pasti nraktir bento pertama kohai-kohai.”

       “Kalian juga tahun depan mesti begini sama kohai kalian”

       Kohai itu apa sih ? Kok dari tadi sering banget dipake?” tanya Lily sambil berusaha keras membiasakan jari-jarinya dengan sumpit yang hampir tidak pernah dipakainya.

       Kohai itu artinya adik kelas, senpai itu artinya kakak kelas. Kita senpai, kalian kohai.

       “Lily sama Japri susah ya pake sumpitnya?” Seorang senpai perempuan dengan senyum yang manis menanyakan dengan ramah.

       “Iya nih..jarang makan pakai sumpit sih.Gimana sih cara megang yang bener ?” Seorang senpai lain segera mendemonstrasikan bagaimana cara memakai sumpit yang benar kepada Lily. Senpai-senpai lainnya juga tidak mau kalah dan masing-masing mengutarakan teori memegang sumpit mereka.

       “Ah, ngaco kamu Di, bukan gitu caranya !! Gini nih!!!”

       “Ah, dasar kamu cuma ngomong doang.  Yang sampe setahun di Jepang masih bawa-bawa sendok dan garpu ke mana- mana kan kamu juga!! “ Suara tawa mereka semua memenuhi ruangan.

 

 

Hanya Japri yang tidak bisa tertawa lepas, ia menyengir sinis. Ia merasa disindir. Tentu saja Maya dan Erik terbiasa memakai sumpit,, mereka Cina. Cukup melihat sekali saja untuk mengetahui hal itu. Kulit mereka tidak segelap dirinya, mereka berdua berasal dari SMA yang sama, yang murid-muridnya 80% Cina semua. Erik sempat bersekolah di Amerika sambil menunggu pengumuman apakah ia bisa ke Jepang atau tidak. Maya selalu diantar jemput supirnya setiap kali mereka semua harus pergi ke kedutaan besar Jepang di Jakarta atau pergi kursus bahasa Jepang intensif di pusat kebudayaan bahasa Jepang di Jakarta dulu. Berbeda dengan dirinya yang harus naik bus PATAS pulang pergi ke tempat kosnya yang tidak ber-AC, yang baru pernah pertama kali ke luar negeri, yang lebih sering makan dengan tangan daripada sendok dan garpu, apalagi sumpit.

No comments:

Post a Comment