Thursday, October 9, 2008

Lebih Dari Setahun-1

          Maya melihat ke luar jendela, gugusan hijau tanah berumput perlahan-lahan semakin mendekat dan warnanya berubah menjadi abu-abu dalam sekejap. Maya mengejapkan matanya dan merasakan guncangan yang diiringi dengan suara benturan yang memekakkan telinga. Untuk beberapa saat lamanya ia duduk diam. Hidup barunya akan dimulai sebentar lagi, hidup yang seperti apa, hidup yang akan jadi seperti apa pun dia tidak tahu. Tiba-tiba Maya merasa takut, seumur hidup belum pernah ia  terpisah dari keluarganya, sekarang dia hanya sendiri, papa mamanya, adik-adiknya, semuanya sudah ia tinggal di Jakarta.

 

      “Maya, jangan bengong aja, nih , tas kamu.” Lily yang sudah berdiri mengeluarkan tas mereka satu persatu. Rambutnya yang ikal berjuntai –juntai berantakan setelah berjam-jam mereka duduk di pesawat. Tapi berbeda dengan Maya yang masih duduk tertegun dan berusah mencerna kejadian di sekelilingnya, gadis yang satu ini tidak pernah kehabisan energi dan selalu bertindak sigap dalam situasi apapun.

 

      Mereka mengambil bagasi dan menarik-narik koper mereka yang berat ke lobi kedatangan. Seorang pria Jepang berpakaian jas dan dasi  tergopoh-gopoh menghampiri mereka dengan membawa berkas-berkas di tangannya.

       Indonesia no gakusei desu ka ? Pelajar dari Indonesia ? 

       Hai  Erik menjawab dengan tegas. Pelajaran bahasa Jepang yang mereka dapat selama dua bulan mungkin masih sangat tidak memadai. Tapi setidak-tidaknya Erik sekarang sudah dapat merespon tanpa harus berpikir lama-lama apa arti pertanyaan yang diajukan.

       Kore kara takushi yobimasu node…” pria Jepang dengan name tag AIEJ di dadanya ini masih terus melanjutkan kalimatnya tanpa peduli para tamunya ini mengerti atau tidak. Erik melirik ke teman –temannya.yang lain, tidak ada satupun yang tidak mengernyitkan kening .

       “Waduh..yang aku ngerti  cuma satu kata , TAKUSHI..!!” ucapan Japri yang spontan ini langsung disambut dengan tawa cekikikan teman-temannya. Dan benar saja , tidak berapa lama sesudah itu mereka sudah berada di dalam taksi menuju asrama.

 

        Maya, Lily, Erik dan Japri adalah pelajar- pelajar Indonesia yang beruntung mendapatkan beasiswa dari pemerintah Jepang untuk belajar di negeri Sakura ini. Mereka adalah siswa-siswa lulusan SMA yang sudah melampaui seleksi yang ketat yang diadakan di berbagai kota besar di Indonesia. Mereka berempat diberikan tunjangan untuk belajar di perguruan tinggi Jepang selama empat tahun dan sekolah bahasa Jepang selama setahun sebagai persiapan.

 

       Bagi Japri yang selama ini tidak pernah melihat kota besar lain selain Cirebon, ini adalah perjalanan terjauh dan terbesar seumur hidupnya. Japri membuka mata selebar-lebarnya. Tidak satupun gedung yang boleh dilewatkan. Selama di pesawat semalaman pun dia tidak bisa tidur sama sekali. Segala sesuatunya seperti mimpi, duduk di dalam benda yang membawanya terbang lebih tinggi dari awan, pramugari-pramugari yang begitu manis dan membagikan makanan dalam boks-boks alumunium, belum lagi para penumpang yang duduk di sekitarnya tampak begitu hebat, mereka tentunya orang-orang kaya yang sudah terbiasa pulang pergi ke luar negeri dengan pesawat, begitu pikirnya. Dan sekarang ia pun jadi salah satu dari mereka! Ambisinya jauh lebih besar daripada toko buah ayahnya di pasar.

 

 Taksi mereka memasuki sebuah halaman beraspal yang tidak terlalu besar. Sebuah pohon sakura berdiri di pinggir halaman. Pada musim semi seperti ini, hampir setiap tempat di Jepang berwarna merah muda. Bunga sakura bermekaran memenuhi setiap ranting, tidak menyisakan tempat sedikit pun untuk sehelai daun. Merekahnya serpihan-serpihan kelopak merah muda pucat ini menandai dimulainya tahun ajaran baru, masa-masa paling penuh harapan dan keraguan, juga saat bermekarannya pucuk-pucuk cinta.

No comments:

Post a Comment