Thursday, December 11, 2008

Diet Sesudah Melahirkan-Banana Diet dr Jepang

Anak udah setahun, kok belon balik ke berat badan semula..udah gregetan deh. Gw udah sempet janjian sama suami, anak gw baru boleh punya adik sesudah gw balik ke berat badan asal. Gak mau ah kayak ibu2 yg wkt gadis kurus, hamil anak 1 tambah 5 Kg, anak ke-2 tambah 5 Kg..NO WAY!!

Setelah ditunggu-tunggu..kok gak turun-turun juga..? Suami udah mulai bernubuat, "Wah...kayaknya si Karin-chan bakal jadi anak tunggal nih.." GRRRR...

Banyak cewek yang langsung balik ke berat badan asal setelah melahirkan, katanya karena menyusui..well...sampai anak gw setahun lebih gw masih menyusui.

Banyak yang bilang karena stress merawat anak..well...gw sekarang merawat anak di luar negeri, all by myself, tanpa pembantu, org tua, baby sitter.

Banyak yang bilang orang beda-beda. Ada yang cepet, ada yang lambat...well...ini udah setahun.

THAT'S IT! Gak ada lagi alesan. Gw harus diet dengan serius!

Pas lagi browsing internet, liat2 apa sih yg nge-trend di Jepang (my second home, since I grew into adulthood there for almost 10 years), ternyata ada BANANA DIET. Sangat populer di kalangan ibu-ibu katanya. Soalnya ada seorang penyanyi Enka (musik jaman dulu, sejenis keroncongnya Indo) yang luar biasa gendut (beratnya seratus kilo lebih), berhasil turun 14 Kg dengan banana diet. Namanya Mori Kumiko.

Keuntungan banana diet ialah, gak perlu restrict makan makanan enak. Malah dianjurkan nyemil coklat. Aneh ya... Kalau es krim gak dianjurkan. Gak dijelaskan kenapa. (Gw akan bahas pemikiran gw sendiri di entry2 berikut di thread Diet ini)

Gw mulai banana diet dari pertengahan Oktober, dan sekarang, sesudah 2 bulan, gw turun 3 Kg. Of course, gw gabung dengan metode2 lain. But, let's focus on this one for now, OK?!

So, banana diet itu begini:

1. Cuma boleh sarapan pisang dan air putih. Gak boleh yang lain.

2. Pisangnya terserah berapa banyak. Tapi yang jelas harus pisang seger. Bukan pisang goreng (karena kita jadi makan minyak, tepung en gula) atau pisang kukus (karena enzim dlm pisang yang membantu metabolisme tubuh bisa rusak krn proses pemanasan)

3. Kalau mau minum teh, atau kopi utk sarapan, kasih jarak. Minimal 15 menit. Gw sih jarakin minimal 30 menit. Entah kenapa, gak dijelasin. Tapi mungkin takut mengganggu kerja enzim ya. Sama seperti obat yg sebaiknya diminum dengan air putih.

4. Makan siang, makan malam en cemilan, masih boleh jalan. No Restriction. Asik kan? Gw masih makan coklat, kue, kripik, krupuk dll. Gak tiap hari loo..

5. Selesaikan makan malam minimal 4 jam sebelum tidur. Ini membuat lambung kita bisa selesai bekerja sebelum kita tidur. Kalau masih kerja selama tidur, tidur kita gak pules. Tidur yang gak pules membuat metabolisme tubuh kacau.Gak bisa kurus deh...Pernah kan makan kebanyakan atau terlalu deket sama jam tidur sampe bangun2 perut masih kenyang. Ini gak bagus. Gak baik juga utk maag kita. Bayangin, dia gak istirahat. Padahal mungkin enzimnya udah gak keluar lagi karena kita istirahat. Bisa-bisa selaput bagian dalam lambung terkikis dan jadi ulcer (tukak lambung).

THE FACTS

1. Kalau anda org yang biasa sarapan nasi + lauk, mungkin bisa kelaperan kalau switch to banana diet drastically. So, coba deh secara gradual. Gw sendiri sarapan roti 2 tadinya. Terus gw ganti roti 1 banana 1. Setelah semingguan, jadi banana 2, seminggu lagi, banana 1. (kalau kurang kenyang ya hantem pisang lagi.) Kalau baru mulai, apalagi kalau biasa sarapan lengkap, pasti langsung keliatan deh, barang sekilo-dua kilo. Asupan kalorinya berkurang drastis soalnya.

2. Urusan belakang jadi lancarrrr...Hehehe..ini benar2 diet utk wanita. Cewek emang beda dg cowok, kalau stress sedikit gak bisa keluar. Kalau cowok kan bisa tiap hari ke belakang. Kalau cewe, it's now or never, take it or leave it. Kalau pagi2 mesti ngantor, mesti buru2 pergi, biasanya ngerasa pengen pun nggak. Tapi kalau weekend, males2an di kasur, langsung deh tuh, ada tanda-tanda. Tul gak?!

3. Gw sarapan sekitar jam 8. Banana 1. Jam 10-11 gitu, udah mulai laper deh tuh. Nah...mari kita mengemil sehat. Gw minum susu segelas. Susu itu kan protein, bisa bikin lambung kita sibuk untuk cukup lama. Atau gw makan banana lagi. Kadang-kadang, gak tiap hari loo..gw bisa juga nyemil biskuit en kue2. Tapi berdasarkan pengalaman susu is the best. Full protein, asam amino, kalsium, dan dia gak bergula. Susu sapi murni loo...jangan susu bubuk. Susu bubuk biasanya manis.

4. Sesudah makan malem, kadang2 tidur nya malem banget sehingga jadi laper lagi. Nah..kalau gak makan buah, ya gw minum susu lagi.

5. Satu lagi pro tentang banana diet: PRAKTIS. Gw gak perlu mikir besok sarapan apa, pokoknya asal ada banana gw OK. Terus, buat org yang sibuk mau ke kantor atau sekolah buru2, males masak, even manasin makanan sisa kemaren di microwave  juga males, banana is YOUR answer! Tinggal petik, kupas, GLUP. Mau dimakan sambil nyetir juga bisa kalee..

6. Eh..masih ada lagi...MURAH boo!!

Silvia Iskandar-Des 2008

Tuesday, December 9, 2008

Lebih Dari Setahun-6

Senpai-senpai pada ngajakin makan.” Erik segera memecah kesunyian.

 “ Ooo...saya sudah janji sama Japri, kita mau masak malam ini. Lagipula Lily kalau kamarnya nggak diberesin malam ini bisangggak tidur lagi nih.” Lily kaget mendengar ucapan Ali. Dia sebenarnya ingin ikut makan bersama yang lain-lain dan melepaskan diri dari Ali.

 “Oo...kalau gitu kita pergi dulu ya.” Maya mengangguk dengan penuh pengertian ke arah Erik. Erik pun segera mengerti dan mereka berdua pergi.

 “Yang ini mau diapain Ly?” Ali mengeluarkan segulung besar kertas kado berwarna merah muda pucat.

 “Oh...itu mau dibuat wall paper.

 “Ini ditempel semua di tembok?” Ali agak kaget. Walaupun kamar Lily kecil, bukanlah pekerjaan yang mudah untuk menutupi seluruh dindingnya dengan kertas kado berwarna.

 “Iya, habis temboknya kotor banget sih.” Ali memandang ke seluruh kamar, cat tembok mengelotok di sana-sini, bekas tempelan penghuni-penghuni sebelumnya. Bangunan ini sudah berdiri berpuluh-puluh tahun lamanya, dan setiap tahun selalu ditinggali oleh murid-murid dari luar negeri untuk belajar bahasa Jepang selama satu tahun. Tidak heran kalau setiap tahun dekorasi tiap kamar pun berganti sesuai selera penghuninya.

 

 

 “Oh iya ya..kotor banget, iya deh, aku yang kerjain.” Lily sekarang sudah benar-benar terperangkap. Aduh, pikirnya, mau sampai kapan nih Kak Ali di sini terus!

      Selama hampir tiga jam Ali dan Lily tak henti-hentinya menempeli dinding kamar Lily dengan kertas kado. Selama itu Ali banyak bercerita tentang dirinya. Lily, walaupun merasa tidak nyaman berduaan saja dengan Ali, tidak ingin menyinggung perasaan senpai-nya, ia tetap bersikap ramah.

      “Kak, mau makan sekarang nggak?” Japri muncul dengan membawa sebuah kantong plastik besar.

      “Makan sekarang yuk, Ly?” Lily mengangguk. Perasaan lega mengalir memenuhi dirinya. Bertiga bersama Japri jauh lebih baik daripada berduaan saja.

Di dapur umum, Ali, yang sudah dua tahun hidup mandiri di Jepang mempertunjukkan kebolehannya memasak sementara Lily dan Japri kebagian tugas memotong sayuran.

       “O iya, ajak Maya dan Erik juga kali ya, siapa tahu mereka juga mau nyicip-nyicip” Lily tiba-tiba teringat akan mereka berdua. Tatapan mata Maya dan Erik yang gugup di depan pintu kamarnya waktu melihatnya berduaan saja dengan Ali tak lepas-lepas dari benaknya. Ia takut semua orang berpikir bahwa ia dan Ali punya hubungan khusus, bisa-bisa Maya dan Erik menjauhinya hanya karena mereka merasa perlu memberi waktu pribadi untuk dirinya dan Kak Ali.

 

 

       “Maya lagi ngapain?” Lily membuka pintu kamar Maya setelah dipersilahkan masuk. Maya yang duduk menghadapi meja belajarnya menoleh, “Lagi nulis surat buat temen.”

       “Lho, kenapa nggak pake mail aja? ‘Kan lebih cepet nyampe, nggak pegel nulis lagi.”

       “Lain Ly, rasanya, nerima mail sama nerima surat di kotak pos.”

       “Mau makan sama2 nggak? Masakan Kak Ali.”

       “Nggak ah, takut mengganggu” Maya mengedipkan matanya. Lily mengernyitkan keningnya, hal yang ditakutkannya sudah terjadi.

       “Nggak kok, orang kita makan malam bertiga sama Japri.”

       “Ooo...pantesan Japri juga nggak mau diajak ya,  mereka masak daging halal ya?”

       “Iya tuh, katanya, mau bikin kari ayam.”

 

        Di Jepang, negara yang penduduknya boleh dibilang tak beragama, sangat sulit bagi pemeluk agama Islam untuk bisa makan di luar, karena jarang ada makanan halal. Kalau pun makan di luar, mereka memesan sea food. Ada tempat-tempat khusus yang menjual daging halal. Toko khusus daging halal ini sudah  menjadi tempat wajib kunjung bagi para pendatang baru yang beragama Islam, khususnya murid-murid Indonesia dan Malaysia. Ali juga telah mengantarkan Japri ke toko ini pada hari kedua Japri di Jepang.

Monday, November 24, 2008

Lebih Dari Setahun-5

Minggu itu berlalu dengan cepat dan padat. Mereka dibawa keliling kota oleh para senpai. Ke ToKyoutower, ke Shinjuku Gyouen yang dipenuhi pohon sakura, ke tempat-tempat belanja yang murah.

“Ini namanya hyaku en shoppu-toko seratus yen, semua barang di sini harganya cuma 100 yen. Kamu nggak pengen beli apa-apa Ly?” tanya Kak Ali, “katanya kamu mau mendisain kamar kamu supaya lupa sama ukurannya yang kecil banget.”

“Ha ha ha…iya ya..bener tuh..kalau nggak dipercantik, bisa nggak betah nih..” Bagi Lily yang sangat memperhatikan kebersihan dan kerapihan kamar, berada di sebuah kamar yang sumpek dan kusam benar-benar menyiksanya. Dua hari ini dia hampir tidak bisa tidur karena tidak henti-hentinya berpikir bagaimana membuat kamarnya tampak lebih indah.

“Wah…bagus banget nih keset kakinya….” Lily menarik sebuah keset kaki yang terlipat dan membukanya lebar-lebar.

“Nah, kalau kamu beli bed cover ini, kan warnanya jadi senada, hmmm..atau warna kuning ini bisa bikin kamar kamu jadi lebih cerah deh kayaknya.”

“O iya ya..wah..sendalnya juga cakep-cakep..kawaii.!!” Lily segera menjamah sendal-sendal kain yang terpajang di sudut toko. Ia thampir tidak mempercayai matanya. Di Jakarta ia sudah terbiasa melihat benda-benda yang harganya dihiasi angka nol yang berbaris tak henti-hentinya. Tapi di sini semuanya ia bisa dapatkan dengan hanya 100 yen!!

“Duh, nggak nyangka ya di Jepang ternyata bisa belanja murah juga.”

“Ya nggak lah Ly, kalau dirupiahin ya tetep mahal kok. “ celetuk Japri, “semua yang ada di toko ini harganya sekitar 7500 rupiah ‘kan?” celetuk Japri yang kebetulan berada di dekat mereka.

“Ha ha ha..iya tuh bener kata Japri, jangan sampai tertipu ya kamu.” Kak Ali menepuk-nepuk kepala Lily dengan gemas. Lily dapat melihat dari sudut matanya kalau Japri, Erik dan Maya agak kaget melihat tindakan Kak Ali ini. Dia sendiri juga kaget, tapi bisa apa lagi?

 

 

 Mereka pulang ke rumah dengan membawa banyak barang. Tapi yang paling banyak dia sendiri. Belanjaannya kira-kira 2 kali lipat belanjaan Maya dan Erik, Japri malah tidak membeli apa-apa. Ali membantunya membawa belanjaannya sampai ke kamarnya sementara senpai-senpai yang lain menunggu di shokudou-.

 “Belanja apa aja sih kamu Ly?  Di Indo juga biasa ngeborong ya?” Ali meletakkan barang-barang Lily di atas karpet dan duduk di kasur Lily.

 “Iya nih, abis aku nggak betah tinggal di kamar yang kecil dan gelap kayak gini. Udah dua hari ini nggak bisa tidur nyenyak.”

 “Ya ampun, kasihan amat…aku bantuin ngedekor kamar kamu deh..”

 “Lho, bukannya udah mesti pulang ? “

 “Ah, nggak papa...besok nggak ada apa-apa ini.” Lily semakin bingung, dia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya dia menyerah. Dibiarkannya Kak Ali berbuat sesuka hatinya.

 “Ly..eh Kak Ali..” Tiba- tiba Erik dan Maya sudah berdiri di depan kamar Lily yang memang sengaja dibiarkan terbuka lebar-lebar karena Lily merasa tidak nyaman berada berduaan dengan Ali dalam kamar tertutup. Ali mengangguk dan tesenyum. Lily cuma bisa tersenyum, ia malu terlihat berduaan dengan Ali sementara senpai-senpai lainnya menunggu di shokudou.

Tuesday, October 21, 2008

Lebih Dari Setahun-4

Hari-hari selanjutnya berlalu dengan cepat dan melelahkan. Begitu banyak yang harus mereka lakukan. Keesokkan harinya mereka harus menandatangani berkas-berkas dari bank untuk membuka rekening di mana beasiswa mereka akan dikirimkan oleh pemerintah Jepang.Berkas-berkas yang harus ditulis dengan huruf Jepang, katakana untuk nama mereka dan kanji untuk alamat mereka.

 

 

Bahasa Jepang memakai tiga huruf  secara bersamaan. Hiragana, lekukannya yang lembut seolah mengutarakan asal-usul bagaimana huruf ini dulunya hanya dipakai oleh kaum wanita kerajaan , dipakai untuk kata-kata Jepang asli, katakana yang tarikannya lebih tegas dan kaku dahulu merupakan alat komunikasi tertulis samurai-samurai kelas atas dalam shogun-pemerintahan militer,  dipakai untuk kata-kata asing yang diserap dari luar negeri, misalnya aisu kuri-mu-ice cream, chokore--to-coklat, atau nama-nama orang asing juga. Kemudian kanji, huruf serapan hasil interaksi dengan Cina di masa lampau, yang dipakai untuk istilah-istilah yang telah baku.

 

 

       “Terus tulis alamatnya gimana , Kak?” Di samping Lily, Ali, salah seorang senpai yang menyambut kedatangan mereka kemarin sibuk megajarinya bagaimana mengisi berkas-berkas yang sekian banyaknya. Selain berkas-berkas rekening bank, mereka juga harus mengisi format administratif dari sekolah dan juga surat pengurusan kartu identitas selama mereka di Jepang.

 

 

       Maya melihat ke sekelilingnya. Mereka sedang berada di dalam sebuah ruang kelas yang agak tua. Sebuah papan tulis di depan dan bangku-bangku panjang yang berbaris di atas lantai yang bertingkat-tingkat seperti gedung bioskop. Di sana-sini terdapat kelompok-kelompok kecil senpai-kohai dari berbagai negara, sama seperti kelompok mereka sekarang. Di dekat papan tulis duduk kelompok dari Malaysia, yang di dekat pintu masuk adalah kelompok dari Kamboja, kemudian berturut-turut di baris belakangnya kelompok Singapura, Australia, Filipina, dan beberapa orang lagi yang dibantu langsung oleh sensei-sensei. Ia sempat berkenalan dengan beberapa orang malam sebelumnya. Tepatnya, Lily yang dengan aktif mengajak orang-orang berkenalan, sementara dia yang berada di dekatnya juga jadi ikut-ikutan berkenalan. Maya melihat Lily yang duduk di ujung bangku yang sedang didudukinya. Sementara Erik, Japri dan ia sendiri diajari bagaimana cara mengisi formulir-formulir ini secara bersamaan, Kak Ali dengan setianya duduk di samping Lily dan mengajarinya satu-persatu.

 

 

Apa sih yang menarik dari Lily? begitu pikirnya. Wajahnya biasa-biasa saja, rambutnya yang ikal itu malah kadang-kadang terlihat kusam dan berantakan. Maya tidak mengerti mengapa Lily begitu cepat mengakrabkan diri dengan orang-orang baru. Tadi pagi ketika mereka menyantap makan pagi di shokudou-kantin di mana mereka kemarin disambut para senpai, sudah ada 5 orang dari negara lain yang menyapanya.

 

 

Hi Lily, did you sleep well ?” sapaan yang biasa saja, tapi sapaan-sapaan itu cuma ditujukan untuk Lily, padahal mereka sedang makan pagi berempat. Kak Ali duduk di sebelah Lily dan mereka berdua tampak begitu asik tertawa-tawa padahal mereka hanya mengisi berkas-berkas yang membosankan, sama seperti dirinya.

Tuesday, October 14, 2008

Lebih Dari Setahun-3

      Hari itu mereka menyantap bento pertama mereka dikelilingi 20-an orang senpai yang namanya langsung terlupakan segera setelah selesai berkenalan. Mereka terlalu banyak untuk bisa diingat dalam sekejap. Bento adalah lunch box khas Jepang yang lauknya macam-macam, mulai dari tempura, yakiniku, potato salad, sampai asinan lobak dan wortel. Semuanya tertata rapi dalam box styrofoam yang bersekat-sekat. Di tengah-tengahnya terdapat  nasi putih yang mengepul dihiasi sebutir umeboshi-semacam aprikot Jepang sebesar kelereng yang diasinkan, kemudian di sekelilingnya diletakkan lauk-lauk lainnya.

 

 

       “Ini tradisi dari tahun ke tahun lho, senpai-senpai pasti nraktir bento pertama kohai-kohai.”

       “Kalian juga tahun depan mesti begini sama kohai kalian”

       Kohai itu apa sih ? Kok dari tadi sering banget dipake?” tanya Lily sambil berusaha keras membiasakan jari-jarinya dengan sumpit yang hampir tidak pernah dipakainya.

       Kohai itu artinya adik kelas, senpai itu artinya kakak kelas. Kita senpai, kalian kohai.

       “Lily sama Japri susah ya pake sumpitnya?” Seorang senpai perempuan dengan senyum yang manis menanyakan dengan ramah.

       “Iya nih..jarang makan pakai sumpit sih.Gimana sih cara megang yang bener ?” Seorang senpai lain segera mendemonstrasikan bagaimana cara memakai sumpit yang benar kepada Lily. Senpai-senpai lainnya juga tidak mau kalah dan masing-masing mengutarakan teori memegang sumpit mereka.

       “Ah, ngaco kamu Di, bukan gitu caranya !! Gini nih!!!”

       “Ah, dasar kamu cuma ngomong doang.  Yang sampe setahun di Jepang masih bawa-bawa sendok dan garpu ke mana- mana kan kamu juga!! “ Suara tawa mereka semua memenuhi ruangan.

 

 

Hanya Japri yang tidak bisa tertawa lepas, ia menyengir sinis. Ia merasa disindir. Tentu saja Maya dan Erik terbiasa memakai sumpit,, mereka Cina. Cukup melihat sekali saja untuk mengetahui hal itu. Kulit mereka tidak segelap dirinya, mereka berdua berasal dari SMA yang sama, yang murid-muridnya 80% Cina semua. Erik sempat bersekolah di Amerika sambil menunggu pengumuman apakah ia bisa ke Jepang atau tidak. Maya selalu diantar jemput supirnya setiap kali mereka semua harus pergi ke kedutaan besar Jepang di Jakarta atau pergi kursus bahasa Jepang intensif di pusat kebudayaan bahasa Jepang di Jakarta dulu. Berbeda dengan dirinya yang harus naik bus PATAS pulang pergi ke tempat kosnya yang tidak ber-AC, yang baru pernah pertama kali ke luar negeri, yang lebih sering makan dengan tangan daripada sendok dan garpu, apalagi sumpit.

Sunday, October 12, 2008

Lebih Dari Setahun-2

        “Konnichiwa, youkoso selamat datang” seorang wanita Jepang setengah baya berambut keriting sebahu keluar dari pintu depan yang terbuat dari kaca diikuti 3 orang pemuda yang terlihat seperti orang Indonesia.Lily, Maya, Japri dan Erik menurunkan barang-barang mereka dari dalam bagasi. Wanita Jepang yang kemudian mereka panggil sensei , guru, membayar taksi mereka, sementara itu mreka menurunkan barang-barang dan berkenalan dengan tiga pemuda yang juga menyambut mereka. Ketiga pemuda ini ternyata juga adalah pelajar-pelajar Indonesia yang mendapat beasiswa yang sama dari tahun-tahun sebelumnya. Mereka sekarang sudah duduk di bangku universitas dan khusus datang untuk menyambut adik-adik kelasnya.

 

 

         “Aduh lihat meterannya sampe takut deh, gimana cara bayarnya nih, kalo dirupiahin udah berjuta-juta.” Lily yang memang selalu ceria dalam sesaat sudah berceloteh dengan akrab dengan salah satu pemuda yang menyambut mereka.

        “Ah, jangan takut, semuanya sekolah yang bayar kok.” Maya menggigil kedinginan, baju hangatnya yang dibeli di Jakarta tidak cukup menghangatkan tubuhnya. Dia memang pernah beberapa kali ke luar negeri, tapi hanya pada musim panas saja. Musim semi ini adalah yang pertama baginya. Dingin. Seolah-olah AC juga dipasang di luar ruangan.

 

 

         Begitu masuk ke dalam gedung ternyata sudah ada belasan senpai lainnya yang menunggu kedatangan mereka. Ada yang sedang mengambil master, ada yang masih tingkat satu, dua, tiga dan empat.

         Ja, heya wo kimemashoune..sensei menyodorkan Erik sebuah kotak biru berisi kertas-kertas kecil yang terlipat dan menunjuk–nunjuk ke dalamnya. Tampaknya sensei memintanya mengambil undi. Erik mengambil sebuah kertas dan Japri pun mengikutinya. Maya dan Lily mengambil kertas mereka masing-masing dari kotak berwarna merah.

         “Apa sih ini Kak ?” Tanya Lily.

         “Nomor kamar.”

         “Ooo…” mereka berempat mengangguk-angguk dan kemudian dibantu beberapa senpai lain mereka meletakkan barang-barang di kamar masing-masing.

 

 

         Lily masuk ke kamarnya dan terkesiap. Kamar barunya begitu kecil dan kotor. Ada sebuah kasur, meja belajar, sebuah lemari baju dan rak buku. Cahaya matahari sore yang jatuh di atas kasur yang akan ditidurinya untuk setahun penuh membuat kasurnya tampak lebih kuning. Butir-butir debu yang halus tampak berputar perlahan  di sepanjang alur yang ditempuh sinar matahari. Karpet yang berwarna merah tua kusam yang melapisi lantai di kamarnya tidak membuat keadaan lebih baik. Besar setiap kamar hanyalah 4x3, sama besar dengan kamar pembantu Lily di rumahnya di Jakarta.

 

 

         “Ly, katanya kalau udah selesai semua disuruh turun ke bawah sama senpai-senpai “ suara Erik mambangunkan Lily dari lamunannya. Lily memandang kamarnya sekali lagi dengan putus asa,

“Hhh….” Tanpa sadar ia menghela nafas.

“Kalau dibersihin juga jadi bagus Ly.” Erik mengangguk-angguk penuh pengertian.

“Eh..kok kamu tahu apa yang aku pikirin ? Jangan-jangan kamu juga berpikiran sama ya?” Erik tersenyum lebar-lebar dan mereka berdua tertawa bersama.

Thursday, October 9, 2008

Lebih Dari Setahun-1

          Maya melihat ke luar jendela, gugusan hijau tanah berumput perlahan-lahan semakin mendekat dan warnanya berubah menjadi abu-abu dalam sekejap. Maya mengejapkan matanya dan merasakan guncangan yang diiringi dengan suara benturan yang memekakkan telinga. Untuk beberapa saat lamanya ia duduk diam. Hidup barunya akan dimulai sebentar lagi, hidup yang seperti apa, hidup yang akan jadi seperti apa pun dia tidak tahu. Tiba-tiba Maya merasa takut, seumur hidup belum pernah ia  terpisah dari keluarganya, sekarang dia hanya sendiri, papa mamanya, adik-adiknya, semuanya sudah ia tinggal di Jakarta.

 

      “Maya, jangan bengong aja, nih , tas kamu.” Lily yang sudah berdiri mengeluarkan tas mereka satu persatu. Rambutnya yang ikal berjuntai –juntai berantakan setelah berjam-jam mereka duduk di pesawat. Tapi berbeda dengan Maya yang masih duduk tertegun dan berusah mencerna kejadian di sekelilingnya, gadis yang satu ini tidak pernah kehabisan energi dan selalu bertindak sigap dalam situasi apapun.

 

      Mereka mengambil bagasi dan menarik-narik koper mereka yang berat ke lobi kedatangan. Seorang pria Jepang berpakaian jas dan dasi  tergopoh-gopoh menghampiri mereka dengan membawa berkas-berkas di tangannya.

       Indonesia no gakusei desu ka ? Pelajar dari Indonesia ? 

       Hai  Erik menjawab dengan tegas. Pelajaran bahasa Jepang yang mereka dapat selama dua bulan mungkin masih sangat tidak memadai. Tapi setidak-tidaknya Erik sekarang sudah dapat merespon tanpa harus berpikir lama-lama apa arti pertanyaan yang diajukan.

       Kore kara takushi yobimasu node…” pria Jepang dengan name tag AIEJ di dadanya ini masih terus melanjutkan kalimatnya tanpa peduli para tamunya ini mengerti atau tidak. Erik melirik ke teman –temannya.yang lain, tidak ada satupun yang tidak mengernyitkan kening .

       “Waduh..yang aku ngerti  cuma satu kata , TAKUSHI..!!” ucapan Japri yang spontan ini langsung disambut dengan tawa cekikikan teman-temannya. Dan benar saja , tidak berapa lama sesudah itu mereka sudah berada di dalam taksi menuju asrama.

 

        Maya, Lily, Erik dan Japri adalah pelajar- pelajar Indonesia yang beruntung mendapatkan beasiswa dari pemerintah Jepang untuk belajar di negeri Sakura ini. Mereka adalah siswa-siswa lulusan SMA yang sudah melampaui seleksi yang ketat yang diadakan di berbagai kota besar di Indonesia. Mereka berempat diberikan tunjangan untuk belajar di perguruan tinggi Jepang selama empat tahun dan sekolah bahasa Jepang selama setahun sebagai persiapan.

 

       Bagi Japri yang selama ini tidak pernah melihat kota besar lain selain Cirebon, ini adalah perjalanan terjauh dan terbesar seumur hidupnya. Japri membuka mata selebar-lebarnya. Tidak satupun gedung yang boleh dilewatkan. Selama di pesawat semalaman pun dia tidak bisa tidur sama sekali. Segala sesuatunya seperti mimpi, duduk di dalam benda yang membawanya terbang lebih tinggi dari awan, pramugari-pramugari yang begitu manis dan membagikan makanan dalam boks-boks alumunium, belum lagi para penumpang yang duduk di sekitarnya tampak begitu hebat, mereka tentunya orang-orang kaya yang sudah terbiasa pulang pergi ke luar negeri dengan pesawat, begitu pikirnya. Dan sekarang ia pun jadi salah satu dari mereka! Ambisinya jauh lebih besar daripada toko buah ayahnya di pasar.

 

 Taksi mereka memasuki sebuah halaman beraspal yang tidak terlalu besar. Sebuah pohon sakura berdiri di pinggir halaman. Pada musim semi seperti ini, hampir setiap tempat di Jepang berwarna merah muda. Bunga sakura bermekaran memenuhi setiap ranting, tidak menyisakan tempat sedikit pun untuk sehelai daun. Merekahnya serpihan-serpihan kelopak merah muda pucat ini menandai dimulainya tahun ajaran baru, masa-masa paling penuh harapan dan keraguan, juga saat bermekarannya pucuk-pucuk cinta.

Thursday, June 5, 2008

Mexican Taco Rice


Description:
Ini makanan mexico yg populer di Jepang

Ingredients:
telur
daging sapi cincang
cumin
turmeric (kunyit)
ketumbar (corriander)
bawang bombay cincang
bawang putih halus
tomat kecil2
melting cheese
lettuce, sobek-sobek
tacos corn chip
worchester sauce

Directions:
Bawang bombay, bawang putih ditumis, masukkan daging dan bumbui dengan garam, merica, cumin, worchester , ketumbar dan kunyit
Telur direbus 3/4 matang dan dikupas (didihkan air, masukkan telur, angkat pada 6.5 menit)
Nasi panas digelar di piring, di atasnya ditaruh tumisan daging, di atasnya taruh lettuce, tomat dan cheese.
Sajikan dg telur rebus dan kripik jagung

Sbg alternatif, kalau lebih suka nasi goreng, nasinya digoreng bersama tumisan daging.

Monday, May 19, 2008

Pengalaman Kerja Paruh Waktu di Jepang

Baito, adalah kependekan dari kata Arubaito. Bahasa Jepang yang berarti kerja paruh waktu. Kata Arubaito merupakan kata serapan dari bahasa Jerman, Albeit, yang artinya bekerja. Kurangnya tenaga kerja di Jepang memungkinkan para remaja dan muda-mudi mencicipi realitas kerja sambil belajar di sekolah. Hukum memperbolehkan para remaja yang sudah duduk di bangku SMA dan universitas untuk bekerja paruh waktu, atau baito.

 

Baito bisa dilakukan di mana saja dan jenis pekerjaannya luar biasa banyak. Ada yang merupakan pekerjaan jangka panjang seperti menjadi pelayan di restoran, menjaga toko, atau membantu memasukkan data ke komputer di kantor-kantor. Baito jangka panjang seperti ini punya jam kerja tertentu, beberapa jam dalam sehari dan beberapa hari dalam seminggu.

 

Ada pula yang merupakan pekerjaan musiman, seperti menjadi pelayan hotel di daerah ski selama liburan musim dingin. Seorang teman saya melakukannya setiap tahun. Dia hobi bermain ski. Dengan baito ini, selain mendapat imbalan uang, ia diperbolehkan menginap gratis dan main ski sepuasnya di saat tidak bekerja.

 

Bila tidak punya waktu banyak, tapi butuh uang dalam waktu singkat, bisa juga melamar untuk baito di acara-acara khusus, seperti pameran atau pesta pernikahan. Biasanya baito kilat seperti ini berlangsung sepanjang hari. Dari pagi sampai malam, di akhir pekan. Tubuh dipastikan pegal-pegal, tapi imbalan yang didapat juga jauh lebih besar.

 

Saya sendiri pernah baito mengajar bahasa Indonesia untuk orang Jepang. Kebanyakan murid saya adalah para karyawan yang pekerjaannya berhubungan dengan Indonesia, atau turis-turis yang jatuh cinta pada Pulau Bali. Mengajar bahasa Indonesia merupakan baito yang paling mudah dilakukan untuk mahasiswa asing asal Indonesia. Kita tidak harus fasih berbahasa Jepang untuk melakukannya.

 

Saya mengajar di sebuah kursus bahasa asing, jadi bukan hanya bahasa Indonesia saja, bahasa Cina, Vietnam, Inggris, Spanyol dan bahasa-bahasa lainnya juga diajarkan di sana. Yang menarik ialah, seiring dengan berkurangnya peminat bahasa Indonesia, peminat bahasa Thailand semakin bertambah banyak. Tidak stabilnya kondisi ekonomi dan politik di Indonesia setelah krisis ekonomi pada tahun 1998 telah mendorong banyak perusahaan Jepang memindahkan basisnya ke Thailand. Para turis yang ketakutan pun mengubah tujuan wisata mereka dari Pulau Bali ke Pantai Phuket di Thailand.

 

Saya merasa sedih waktu kelas bahasa Indonesia saya ditutup. Tidak ada lagi yang mendaftar. Bukan saja kehilangan tambahan uang saku, saya juga merasa malu. Seolah-olah saya datang dari negara yang tidak patut dikunjungi, yang bahasanya tidak perlu dipelajari. Padahal Bali pernah menjadi tujuan utama turis Jepang selama puluhan tahun.

 

Baito,  bukan hanya memberi tambahan uang saku bagi para muda-mudi di Jepang, tapi juga merupan ajang untuk bertumbuh dewasa. Para pemuda belasan tahun belajar tentang etos kerja di tempat baito, hal-hal yang tidak diajarkan di sekolah. Baito juga membuka kesempatan untuk bertemu dengan berbagai orang dari latar belakang yang berbeda.  Seorang teman saya menikah dengan pemuda yang dikenalnya di tempat baito, ada pula teman lain yang mendapat pekerjaan dari muridnya.

 

Saya bersyukur pernah mengalami masa-masa baito. Dan saya senang adik-adik kelas saya juga melakukannya. Dengan baito, kami diberi kesempatan untuk mencicipi pekerjaan kasar seperti pelayan restoran, tukang potong ikan, atau bahkan tukang parkir. Pengalaman ini membuat kami lebih menghargai orang lain yang kurang beruntung, yang sepanjang hidupnya terpaksa melakukan kerja kasar. Pengalaman baito melatih kami menjadi orang yang punya toleransi dan rasa hormat terhadap orang lain. Menjadi orang dewasa dalam arti yang sesungguhnya.

 

Silvia Iskandar

Copyright TOKYO BEAThttp://tokyobeat2008.blogspot.com/

Tuesday, May 13, 2008

Hina Matsuri-Japan Doll Festival

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hina Matsuri

Silvia Iskandar

http://tokyobeat2008.blogspot.com/

 

 

Memasuki bulan Maret, keluarga yang punya anak perempuan pun bersiap-siap memajang Hina Nin Gyou, atau boneka Hina. Hina Nin Gyou adalah sebutan untuk pajangan berbentuk raja dan ratu Jepang. Pada mulanya, boneka-boneka ini terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti kertas dan kain, dan merupakan mainan anak-anak bangsawan di jaman Hei An, yaitu tahun 794-1185. Mungkin itulah sebabnya sampai sekarang pun kostum boneka ini menyerupai pakaian istana pada jaman itu.

 

Sang ratu mengenakan Junihitoe, atau kimono berlapis dua belas. Kimono ini merupakan pakaian sehari-hari wanita pada jaman itu dan konon, mereka bahkan tidur dengannya. Alis ratu dicukur habis dan diganti dengan garis lurus yang pendek dan tebal. Bibir sang ratu hanya diwarnai sedikit di tengah-tengah, membuatnya tampak semungil kelopak bunga. Sang raja duduk di samping ratu. Mengenakan kimono pria dengan topi tinggi yang bertengger di atas kepalanya. Biasanya boneka ini dihadiahkan oleh nenek dan kakek dari pihak ibu untuk cucu perempuannya.

 

Pada hari yang istimewa itu, anak-anak perempuan akan dimanjakan dengan makanan khas Hina Matsuri.

Chirashi Sushi, nasi yang diberi cuka beras dan dihias dengan otak-otak, telur dadar, rumput laut dan abon udang. Lauk yang berwarna-warni cerah ini dipotong kecil-kecil dan disebar di atas nasi. Sebagai pelengkapnya, O Sui Mono, sup bening yang berisi makanan laut. Ada pula Hishi Mochi, mochi berwarna hijau, putih dan merah yang ditumpuk jadi satu. Masing-masing melambangkan bumi, salju dan bunga Momo. Awal bulan Maret adalah masa peralihan dari musim dingin ke musim semi. Ketiga warna ini melambangkan keadaan alam. Rumput yang masih sedikit diselimuti salju, namun dinaungi bunga-bunga Momo yang bermekaran di pucuk pohon.

 

Sebagai snack, ada Hina Arare, krupuk beras manis berbentuk bola-bola mini sebesar biji merica, yang juga diberi warna yang sama.

 

Hidangan ditutup dengan Amazake, arak beras manis yang hangat. Rasanya mirip seperti susu fermentasi. Kadar alkoholnya rendah, namun cukup untuk menghangatkan tubuh anak-anak di awal musim semi yang masih dingin.

 

Boneka hina yang tadinya tidak lebih dari sebuah mainan, lama kelamaan berubah fungsi menjadi  penolak bala. Roh-roh jahat yang akan menyerang si pemilik dipercaya melekat ke boneka hina sebagai gantinya. Itulah sebabnya ada tradisi mengapungkan boneka hina yang sudah selesai dipajang ke sungai. Membuangnya, sekaligus roh jahat yang melekat padanya jauh-jauh.

 

Di jaman modern, boneka hina pun ber-evolusi. Bahan-bahannya semakin mahal, pakaiannya semakin mewah. Hina Nin Gyou yang tadinya hanya terdiri dari sepasang raja dan ratu, kemudian dilengkapi dengan boneka dayang-dayang dan pengawal yang menemani. Tradisi membuangnya ke sungai pun hanya dilakukan oleh beberapa daerah saja. Boneka hina yang terbuat dari kertas diapungkan ke sungai, tapi yang bagus disimpan untuk dipajang lagi tahun berikutnya.

 

Karena fungsinya sebagai penolak bala, Hina Nin Gyou tidak boleh diwariskan dari kakak ke adik, juga tidak dari ibu ke putrinya. Setiap gadis kecil punya satu set Hina Nin Gyou untuk keselamatannya. Boneka yang sudah dipakai dianggap telah menyimpan banyak petaka dari pemilik sebelumnya dan bisa memindahkannya ke si pemilik baru.

 

Pada waktu si pemilik menikah, Hina Nin Gyou bisa dibawa ke rumah pengantin  yang baru. Boleh terus dipajang tiap tahun, atau bila sudah merasa tidak perlu, bisa dititipkan di kuil. Masyarakat Jepang percaya, karena menyerupai manusia, boneka juga mempunyai jiwa. Upacara kremasi yang layak diadakan di kuil untuk boneka-boneka tersebut. Tanda terima kasih dari gadis-gadis pemilik yang selama ini telah dijaga dari marabahaya.

 

Hina Nin Gyou mulai dipajang sekitar seminggu sebelum Hina Matsuri yang jatuh pada tanggal 3 Maret. Dan begitu Hina Matsuri selesai, harus segera disimpan. Kepercayaan lama mengatakan si gadis pemilik akan berat jodoh bila Hina Nin Gyou dipajang terus. Takhayul yang edukatif mungkin, mendidik anak-anak untuk membereskan mainannya setelah selesai.

 

Monday, May 5, 2008

Italian Style Chikuwa Tempura


Description:
Japanese-Italian Fusion.
Cocok kalau bumbu bekas bikin spaghetti nyisa, sementara ada chikuwa beku di kulkas..Heheh..ciptaan sendiri nih !

Ingredients:
Chikuwa
Tempura batter flour
Parsley kering Mc Cormick
Keju yg bisa meleleh
Oregano (Cincang halus)
Basil (cincang halus)
Bawang putih halus.
Olive Oil
(Buat yg di Aussie bisa beli Gourmet Garden yg seri Italian utk oregano, basil dan garlic-nya)
Tomat kecil2

Directions:
Campur tempura batter flour dengan air dan parsley kering.

Lumuri chikuwa dengan adonan tempura dan goreng. Tiriskan minyak di atas koran dilapisi kitchen towel.

Sementara itu, tumis garlic, oregano dan basil dengan olive oil dengan panci teflon biar gak lengket. Buat agak kental2. Tambahkan garam dan merica sesuai selera.

Tuang bumbu yg sudah jadi di atas piring lebar. Taruh keju di atasnya. Keju akan meleleh karena panas.

Susun chikuwa tempura yg sudah jadi di atasnya.

Tumis tomat kecil2 di panci bekas menumis bumbu. Tomat akan terpanggang dengan sedikit bumbu yg nempel2.

Tempura yang garing ini dicoel ke bumbu italy dan keju yang meleleh waktu dimakan..Dihias dengan tomat panggang

Yummy...

Berdiet dengan Makanan Jepang

Wa Shoku

Silvia Iskandar

 

Belakangan ini makanan Jepang merajalela di Indonesia. Dulu, hanya Hoka-Hoka Bento yang identik dengan makanan Jepang. Tapi sekarang, di mal manapun kita bisa menemukan sushi, tempura, ramen dan lain sebagainya.

 

Boom makanan Jepang, atau Wa Shoku ini bisa dibilang berawal dari Amerika. Pada tahun 1967, mulailah dijual daging dengan saus Teriyaki di Amerika. Rasanya yang manis asin ini begitu disukai dan orang Amerika pun mulai tertarik dengan makanan-makanan Jepang lainnya. Kata `Teriyaki` sendiri berarti memanggang dengan api yang kuat, Cara memasak. Tapi nama ini begitu terkenal sehingga tidak ada lagi yang perduli akan arti sebenarnya. Teriyaki Burger, anda hanya perlu memesannya di restoran fast food di seluruh dunia untuk mencicipi rasa khas Jepang.

 

Salah satu alasan yang membuat Wa Shoku populer adalah karena orang Jepang terkenal berumur panjang. Dengan harapan bisa seperti mereka, semua orang di dunia pun mengunjungi restoran-restoran Jepang.

 

Menurut survey NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) tahun 2003-2004, 66% orang dewasa di Amerika berusia 20 sampai 74 tahun masuk dalam kategori kelebihan berat badan. Keinginan untuk bisa kurus inilah yang juga memicu meledaknya boom Wa Shoku di Amerika.

 

Setelah Teriyaki, mulailah makanan-makanan Jepang lainnya dikenal dan memenangkan hati begitu banyak warga Amerika. Dengan kekuatan pengaruhnya, budaya masakan Jepang ini pun ikut tersiar ke seluruh penjuru dunia, dikemas dengan film-film Hollywood atau berbagai opera sabun yang juga kerap kita tonton. Negara Jepang sendiri tidak akan sanggup membuat begitu banyak orang di dunia tergila-gila pada Wa Shoku tanpa bantuan Amerika.

 

Sayangnya, terjadi kesalahpahaman yang mendunia akan makanan Jepang ini. Sushi yang populer di Indonesia misalnya, adalah sushi Amerika. Sushi untuk orang Jepang adalah nasi yang sedikit masam dengan makanan laut mentah di atasnya. Bumbu yang dipakai hanyalah kecap asin dan wasabi. Diakhiri dengan teh hijau panas. Namun sushi di Indonesia adalah sushi dengan daging sapi panggang dan mayonnaise,ditemani dengan juice buah dan ditutup dengan es krim. Padahal, untuk memperoleh umur panjang seperti orang Jepang, bukan hanya makanannya, tapi juga gaya hidup mereka yang harus kita tiru.

 

Pertama, orang Jepang tidak terlalu suka makanan yang berbumbu. Makanan mereka terasa agak hambar kalau dibanding dengan makanan Indonesia. Mereka juga kurang suka makanan berminyak. Tempura hanya salah satu Wa Shoku yang mereka makan sesekali. Mereka lebih suka rasa makanan sebagaimana adanya. Gurihnya daging, garingnya sayur dan bau ikan bakar, itulah yang mereka gemari. Ini membuat mereka makan lebih sedikit garam dan gula, sumber penyakit jantung dan kencing manis. Makanan mentah seperti sushi juga mengandung enzim yang membantu proses metabolisme tubuh. Sementara sushi dengan daging matang sudah tidak mengandung enzim lagi karena enzim hancur oleh panas pada saat dimasak.

 

Kedua, orang Jepang banyak bergerak. Ibu rumah tangga bekerja sepanjang hari, mereka tidak punya pembantu. Para karyawan naik kereta dan berjalan kaki, naik turun tangga di stasiun kereta untuk mencapai kantor. Para eksekutif bermain golf hampir setiap akhir pekan. Sebagian besar pelajar ikut kegiatan ekstrakurikuler sepulang sekolah. Basket, renang, paduan suara, baseball dan lain sebagainya.

 

Ketiga, orang Jepang berendam air panas di bak mandi setiap hari, kebiasaan sederhana yang melancarkan peredaran darah, membuat tubuh tahan terhadap serangan penyakit.

 

Jadi, kalau kita pergi ke restoran Jepang, makan tempura atau sushi dengan mayonnaise, kemudian pulang dengan mobil dan duduk menonton TV di rumah sampai tertidur, kita tidak akan bertambah sehat sedikit pun. Rahasia umur panjang orang Jepang sangat sederhana, semua ada dalam kehidupan mereka sehari-hari. Makan makanan sehat, olahraga dan berendam air panas. Bukan hanya Wa Shoku.

Sunday, April 27, 2008

WHY WOMEN WITH YOUNG CHILDREN CAN’T BE FASHIONABLE

WHY WOMEN WITH YOUNG CHILDREN CAN’T BE FASHIONABLE

 

When I was so much younger, and had all the time for myself, I used to despise those fat, unfashionable mothers. I thought they were too lazy and unmotivated to keep their shape. I told myself that I would never become one, having read so many articles in magazines about husbands finding comfort from younger women.

 

I was neither naturally beautiful nor glamorously packaged in water proof mascara or glittering lipstick. I was modest. But at least, I paid great attention in choosing my outfit. I didn’t settle for ordinary shawl, I bought cashmere. I walked entire 4 malls just to find a coat with the right color. My shoes were perfect. They had 3 Cm heels to support long walking, yet they looked chic and unique. Not just some bulky Hush Puppies. I guess, I was fashionable enough for my own standard.

 

You may have heard this a thousandth time, “Things change when you have a child.” They do! I still maintained my weight during early marriage period, but failed to keep it as a new life emerging inside me. Weight gain was perfect until my obstetrician declared that the baby was underweight. Suddenly, I found myself in a compulsory 2-egg-3-milk-daily diet. Insufficient, I was forced to eat ice cream every single day. Not to mention the usual must-have highly nutritious 3 meals. When you have to eat that much, mealtimes are tortures. Thanks to the routine, my baby was delivered at 3.3 Kg. (3 Kg is considered ideal for delivery).

 

Unfortunately, the rest of the nutrients went straight to me. Stubbornly sticking to my fat deposit, even up to the moment I’m writing this. Now, every time I see a fat mother (aside from the one I always gaze at the mirror), I forgive them. It’s not their will. It’s their obstetricians’!

 

As if not enough, I also have to abandon necklace and beautiful blouses. Anything shiny goes right to the baby’s mouth and when you have someone who rubs her face vigorously to your chest with the nose running, white blouse is a sacred object. It deserves the safest place possible: bottom of the wardrobe.

 

With the baby getting heavier, even 3 Cm heel shoe is not acceptable. You may trip and fall down easily. Even worse, you’re at risk of dropping the baby. Only flat heel footwear guarantees firm steps.

 

Lipstick, has transformed into a momentary formality. It’s on my lips, yes, but only stays there briefly before landing permanently on the baby’s cheek.

 

Now you see, women with young children just can’t afford to be fashionable. They trade it with more important things: baby’s welfare, practicability, and motherly love.

 

 

 

 

 

 

 

 

Thursday, April 24, 2008

Beda Pribumi, Bule dan China

Beda Pribumi, Bule dan China

 

Dapet forward-an yang agak sensitif...hmm..bener gak yah yg nulis org pribumi ? I doubt it. Tapi dia bener akan satu fakta : org Cina emang pelit. Contohnya...gue and family.

Nyokap gw emang wkt kecil miskin banget, engkong gw hampir dipenjara krn gak bisa bayar utang. Bokap gw juga dititip di saudara amah gw, krn amah gw gak sanggup menghidupi anaknya yg banyak.

Mungkin itu sebabnya mereka jadi irit, walau sekarang mereka udah berkecukupan.

Nyokap gw punya hobi ngumpulin kardus, kaleng dan botol plastik bekas yg bagus2, bekas kotak kue hadiah org Jepang atau bekas shampoo..sama dia dipake lagi buat tempat naruh obat, tempat naruh lap2 dst. Dia bahkan minta botol bekas minyak goreng gw di Jepang, katanya kalau nuang minyaknya gak netes2. Dia refill sama minyaknya dia sendiri. Jadi kalau pulang ke Indo, di koper gw ada aja tuh botol bekas minyak, bekas soft drink (buat botol minum adek gw ke kampus, katanya botolnya lebih tebel dari botol Aqua) hehehe..

Bokap selalu ngomel, "Papa gak pernah beli barang baru kecuali yg lama rusak ! Kok bisa2 nya kamu ngilangin  ini dan itu !" Hehehe..gw emang slebor.

Kepelitan itu emang mendarah daging sih..hihihi..anak gw tidur di kasur bayi bekas. Turunan dari sepupu2, anak gw udah bayi kelima di situ ! Yg pertama pake kasur bayi itu orgnya udah kuliah...Pindah ke Aussie, beli kasur bayi bekas dari e-bay..hihii...terus langsung dibanjiri baju2 bekas bayi sepupu gw yang udah kekecilan buat anaknya. (Sebenernya dia juga dapet bekas dari temen Gerejanya..) Hihihi..org bilang anak pertama kasian pake yg bekas-bekas...aih...maafkan ibumu ini Nak...abiss...pake 1-2 bulan juga udah sempit...

Tapi biarin ah...kepelitan itu kan sekarang lagi trend.

REUSE NOT RECYCLE   : )

---------------------------------------

Saya seorang pribumi yg dulunya benci setengah mampus sama WNI Keturunan Cina. Tetapi setelah h idup di Amerika selama 10 tahun dan sekarang bekerja di salah satu bank terbesar di dunia berpusat di New York City, pandangan saya berubah dan mengerti mengapa Cina itu berbeda dengan orang pribumi.

Dan sebenarnya banyak sekali hal-hal yg kita tidak mengerti tentang cina, dan hal-hal ini sebenarnya harus kita ketahui dan kita pikirkan lagi, karena hal-hal ini adalah sesuatu yg bisa kita pakai untuk kepentingan bangsa sendiri dan utk memajukan bangsa sendiri. Bukan saya bilang bahwa kita harus berubah jadi Cina, cuma kalau memang bagus mengapa tidak ? Dan memang ada juga hal-hal buruknya, tetapi semua bangsa juga punya.

 Marilah saya mulai pendapat saya tentang perbandingan antara WNI  asli dan keturunan cina :

 1. Perbedaan2 nyata Setelah bekerja tiga tahun lebih dan punya teman dekat orang bule dan orang Cina dari Shanghai di tempat kerja saya, saya melihat banyak sekali perbedaan-bedaan, diant aranya :

 

A. DUIT

a) Si bule, kalo gajian langsung ke bar, minum-minum sampe mabuk, beli baju baru, beli hadiah macam-macam untuk istrinya. Dan sisanya 10% di simpan di bank. Langsung makan-makan di restoran mahal, apalagi baru gajian.

b) Si Cina, kalau gajian langsung disimpan di bank, kadang-kadang  di invest lagi di bank, beli Saham, atau dibungain. Bajunya itu2 saja sampe butut. Saya pernah tanya sama dia, duitnya yg disimpen ke bank bisa sampe 75%-80% dari gaji.

c) Saya sendiri. kalo gajian biasanya boleh deh makan-makan  sedikit, apalagi baru gajian, beli baju kalo ada yg on-sale (lagi di discount), beli barang-barang kebutuhan istri, sisanya kira2 tinggal 15-20%  terus disimpen di bank.

 *** Kebanyakan di Amerika, orang Cina yang kerja kantoran  (sebenarnya Korea dan Jepang juga) muda-muda sudah bisa naik mobil bagus dan bis a mulai beli rumah mewah. walaupun orang tuanya bukan konglomerat dan bukan mafia di Cinatown. Malah mereka beli barang senangnya cash, bukan kredit. Soalnya mereka simpan duitnya benar-benar tidak bisa dikalahkan oleh bangsa lain. kalau bule atau orang hitam musti ngutang sampe  tau baru bisa lunas beli rumah.

 

B. KERJAAN

 a) si bule, abis kerja (biasanya jam kerja jam 8 pagi - 6 sore)  hari Senen sampai hari Jumat (Sabtu dan minggu tidak kerja)) ke bar ato makan-makan ngabisin gaji. Kalau disuruh lembur tiba-tiba, biasanya kesel-kesel sendiri di kantor. Biasanya kalo hari Senen, si bule tampangnya kusut, soalnya masih lama sampe hari Sabtu, pikirannya weekend melulu. Kalo hari Kamis, si bule males kerja, pikirannya hari Jumat melulu. Terus jalan-jalan gosip kiri kanan.

b) si Cina, abis kerja langsung pulang ke rumah, masak sendiri, nggak pernah makan diluar (saya sering ngajak dia makan, cuma tidak pernah mau, mahal katanya, musti simpan duit, kecuali kalo ada hari-hari khusus). Kalau disuruh lembur tidak pernah menolak, malah sering menawarkan diri untuk kerja lembur. Kalau disuruh kerja hari sabtu atau hari minggu juga pasti mau. Kadang-kadang dia malah kerja part-time (bukan sebagai pegawai penuh) di perusahaan lain untuk menambah uangnya.

c) saya sendiri, kalau disuruh lembur, agak malas juga  kadang-kadang karena sudah punya rencana keluar pergi makan sama teman-teman  kantor. Kadang-kadang ingin sekali pulang ke rumah karena di kantor melulu, cuma mau nggak mau mesti kerja (jadi kesannya terpaksa, nggak seperti si cina yg rela). Weekend paling malas kalau musti kerja.

 *** Bos-bos juga biasanya suka sama orang Cina kalau soal kerjaan.

Mereka soalnya pekerja yg giat dan tidak pernah bilang 'NO' sama boss.

Dapat kerja juga gampang kalau mukanya cina, karena dipandang sebagai 'Goo d Worker'. Atau pekerja giat. Jarang sekali, kecuali penting sekali dia tidak bersedia kerja lembur. Dan kalaupun tidak bersedia lembur, biasanya dia akan datang sabtu atau minggu, atau kerja lembur  besoknya.

C. RUMAH

 a) Apartment si bule, wah bagus sekali. gayanya kontemporari. Penuh dengan barang-barang perabotan dan furniture mahal. Pokoknya  gajinya pasti abis ngurusin apartment dia.

b) Apartment si cina, wah... kacau. Cuma ranjang satu, dilantai  saja.Meja butut, dan dua kursi butut. TV nya kecil sekali, TV kabel saja tidak punya. Pokoknya sederhana sekali. Waktu saya tanya, dia  bilang 'bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.' daerahnya pun  bukan didaerah mahal, tempatnya di daerah kumuh dan kurang ada yg mau tinggal.

 c) Apartment saya sendiri, yah lumayan, cuma istri saya suka juga  merias rumah. Jadi apa rtment saya lumayan lah tidak seperti punya si Cina.

 Saya benar-benar salut dia bisa hidup begitu. Padahal duitnya di bank banyak.

 Gaji dia saja lebih tinggi dari saya karena lebih lama di perusahaan  tersebut.

*** Setelah 10 taun, biasanya si bule, orang item, masih tinggal di apartment atau baru ngutang beli rumah, si cina sudah bisa beli rumah  sendiri. Karena nabung dengan giatnya, dan cuma beli yg penting-penting saja. Jadi uangnya ditabungkan sendiri.

 

*** Disini saja saya bisa lihat perbedaan-bedaan nyata, saya pertama-tama pikir, wah si Cina ini pelit amat. Masa duit banyak kayak begitu disimpan saja di bank. Dan kalau kita banding-bandingkan dengan sejarah orang-orang cina, kita akan tahu kenapa mereka (Cina) itu dalam long-range nya (jangka panjang nya) lebih maju dari pribumi di Indonesia, karena saya sempat bertukar pikiran dengan beberapa teman  lagi orang Cina lainnya, orang India, or ang Arab, orang Jerman,  orang  Amerika, dan orang Cina ini sendiri. Kita musti tau sejarahnya orang  Cina ini.

 

2. Perbandingan antara sejarah kebudayaan cina dan Indonesia JAMAN DULU

 

Bangsa cina adalah bangsa yg bangga dengan bangsanya, karena kebudayaan cina adalah salah satu kebudayaan yg tertua di dunia, hampir setahaf dengan Mesopotamia dan Mesir. Karena itu kebudayaan cina itu benar-benar menempel di sanubari nya. Susah sekali untuk melepaskan kebudayaan tersebut karena memang betul kebudayaan mereka itu hebat, terus terang, kalau kita bandingankan dengan kebudayaan kita (pribumi Indonesia ) kita tidak bisa mengalahkan kebudayaan orang cina. Dan memang kebudayaan  mereka sudah diakui dunia.

 

Menurut salah satu Journal of Archeology terkemuka di dunia, orang  Melayu itu unsurnya lebih banyak mengarah ke bangsa Mongol atau Cina.

 

Jadi bangsa Indonesia itu sebenarnya Cina, walaupun secara biologis dan&n bsp; evolusis, ada unsur-unsur dari India dan Arab di darah orang   pribumi.

 

Tetapi orang Indonesia (Melayu) itu sebenarnya genetik nya lebih dekat ke orang Cina.

 

orang cina itu sudah dari dulu 4000 tahun hidupnya diawang kesusahan  terus (maksudnya rakyat kecilnya). Negara cina dari jaman dulu, katanya,  sudah perang terus, rakyat kecil disiksa olah pemerintahnya sendiri,

 

dan pemerintahnya berganti-ganti terus. Orang cina bisa dibilang salah satu bangsa yang tahan banting. Sudah biasa menderita, dan makin menderita,  biasanya orang kan makin nekad dan makin berani, jadi semua jalan

 

ditempuh, namanya saja mau hidup, bagaimana. Ini juga terjadi di Indonesia .

 

Karena negaranya sendiri, Cina, banyak masalah, mereka imigrasi  kemana-mana. Mereka ada dimana-mana, teman saya orang item dari Nigeria   dan Ethiopia (afrika) bilang disana pun ada banyak orang cina. Dan  herannya. Cina-cina di Afrika pu n sukses dan bisa dibilang tidak miskin.

 

DI INDONESIA Di Indonesia sendiri, waktu saya masih tinggal diJakarta,  saya bisa melihat perbedaan-perbedaannya, cuma waktu itu pikiran saya  belum terbuka. Saya pernah buka punya teman orang cina di Senen  buka  toko kain. Di sebelahnya persis ada pak Haji yg juga buka toko  kain.  Setelah dua tahun, bisnis si cina makin maju, dan si pak Haji  sebelah  akhirnya bangkrut. Ternyata bukan karena si Cina main curang atau  guna-guna si pak haji. Ternyata itu karena si cina, walaupun sudah  untung, uangnya di simpan dan ditabung saja, untuk mengembangkan bisnisnya lagi. Dan dia dan istrinya makan telor ceplok saja 

 

Sedangkan  si pak haji baru untung sedikit sudah makan besar di restoran karena  gengsi sama keluarga nya.

 

Nah bukannya si pak haji ini salah ? Bukannya kita bisa lihat  sendiri  bahwa cina ini pikirannya le bih maju lebih melihat kedepan dan  lebih  tahan banting ? Saya kira ini adalah suatu hal yang bisa kita contoh

 

dari si Cina ini. Mungkin kita tidak usah terlalu pelit seperti dia,  tapi juga tidak usah gengsi-gengsian.

 

Saya sudah bertemu dengan banyak orang dari negara yg berbeda-beda  dan satu hal yg benar-benar nyata adalah orang yg TIDAK MEMBUAT  KEPUTUSAN  BERDASARKAN GENGSI biasanya NEGARANYA MAJU.

 

Coba saja lihat orang Hong Kong, orang Jepang, orang Inggris, orang  Amerika, orang Jerman dan orang Singapore, mereka sudah MAJU sekali  pemikirannya. Tidak seperti orang Indonesia . Kalau YA yah sudah bilang  YA, kalau TIDAK yah bilang TIDAK. Jadi tidak tidak ada yg tidak enak  hati. Kalau sudah lama tidak enak hati akhirnya berantem. 

 

 

Orang Indonesia sayangnya gengsinya tinggi sekali, tidak mau mengaku  kalau memang salah atau harus merubah sesua tu yg jelek.

 

Inilah kelemahannya.

 

Di mata Internasional bangsa Indonesia sudah terkenal sebagai NAZI  Jerman versi Asia Tenggara. Waktu perang dunia ke II bangsa Jerman  sedang miskin karena mereka kalah perang dunia ke I, supaya rakyat

 

tidak  marah, si Hitler yg cerdik sengaja menyalahkan orang Yahudi yg memang  kaya dan menguasai ekonomi Jerman. Dan orang Yahudi akibatnya dibantai  dan tidak diperlakukan sebagai warga negara sendiri. Padahal mereka  juga  sudah lama tinggal di Jerman dan sudah merasa sebagai bangsa sendiri,

 

walaupun mereka masih memegang kebudayaan mereka yg tinggi, sama seperti  cina di Indonesia .

 

Di Indonesia anehnya, pribumi benci dengan cina tetapi bukan dengan  orang Belanda atau orang Jepang. Kalau dipikir-pikir, cina itu  tidak  salah apa-apa. Saya sebagai pribumi baru sadar akan hal itu.

 

Belanda menyiksa bangsa Indonesia dan menguras harta bumi kekayaan  Indonesia selama 350 tahun dan setelah pergi meninggalkan penyakit  yg  paling bahaya dan mendarah daging, yaitu korupsi, yg sampai  sekarang  juga menimbulkan krisis ekonomi setelah 53 tahun merdeka rupanya  penyakit ini bukannya makin terobati, tetapi makan menusuk dan  menular  ke seluruh badan dan mental bangsa Indonesia.

 

Bangsa Jepang, cuma menguasai 3.5 tahun, tapi menyiksa bangsa  Indonesia   lebih kejam dari bangsa lain. Karena kalah perang, bangsa jepang,  yah  mau tidak mau sekarang musti menguasai dunia secara ekonomi tidak  bisa  lagi main angkat senjata.

 

Anehnya kita sebagai pribumi malah benci dengan cina bukannya  dengan  Belanda atau jepang. Lucu sih. Semua bangsa lain ( Korea , Cina ,  Burma ,  Vietnam , dan Afrika) benci dengan bekas penjajahnya bukan penduduk  sesama yg telah hidup bertahu n-tahun bersama-sama yaitu cina kalau  di  Indonesia .

 

Salah apa si cina-cina ini, tidak salah apa-apa. Kenapa mereka  kelihatannya buas dalam bisnis, tamak, dan rakus ? kenapa ? Karena > mereka selama tinggal di Indonesia selalu diperlakukan sebagai orang  luar dan di anak-tirikan. Coba bayangkan kalau anda-anda jadi cina,  pasti anda-anda juga mau melindungi diri sendiri, siapa yg mau  nggak  makan besok ? atau mati ? Yah, kalau begitu, mereka jadi cerdik,  agak  licik, mengambil kesempatan dalam kesempitan, jadinya berhasil  memegang  ekonomi indonesia . Tapi mereka juga bekerja keras, JAUH.....SANGAT  JAUH  LEBIH KERAS DARI KITA YG PRIBUMI. Bukan cuma di Indonesia saja. 

 

orang  cina sepertinya ditaruh dimana saja pasti sukses dan bekerja keras.

 

Mereka (cina) tidak menyerah pada nasib, dan selalu INGIN MENJADI  DUA  KALI LIPATKAN TARAF HIDUPNYA, kita yg pribumi, biasanya puas dengan  keberhasilan kita dan malas malasan karena merasa sudah diatas  angin.

 

Bagi cina2 ini tidak berlaku, mau setinggi apa juga, pasti bisa  lebih  tinggi lagi.

 

Kita saja yg bodoh, mau dengar omongan pemerintah yg brengsek dan  mengkambing hitamkan cina. Karena mereka sendiri juga busuk tetapi  takut  ketahuan. Jadi mereka menggunakan cina sebagai tameng dan kambing  hitamnya.

 

Gimana mau hidup sebagai negara yg maju coba ? Kalau tidak bersatu.

 

Negara yg maju harus bisa hidup dengan tentram satu sama lain tidak  perduli dengan warna kulit, agama, dan keturunan. Semuanya musti  diakui  sebagai satu bangsa.

 

Contohnya Amerika, mau cari orang dari mana saja ada. Cuma mereka  bersatu, dan mereka sadar tiap orang punya kejelekan masing-masing.

 

Cuma  tidak digembar-gemborkan, tapi dibicarak an dan dirubah. Yg bagusnya  diambil, dan dipakai bersama-sama untuk memajukan negara.

 

Tidak segan-segan, atau gengsi, kalau gengsi-gengsi maka tidak akan  maju. Harus open (terbuka) dan mau menerima kesalahan dan musti mau  berubah.

 

Life Is A Role Playing Game !!

 

 

 

 

NB: Ada beberapa hal yg perlu diluruskan, tidak semua orang Cina diseluruh dunia adalah orang sukses, masih byk juga diantara mereka yg hidup dibawah garis kemiskinan. Sebagai contoh bisa Anda lihat di daerah Tangerang, Banten. Disana masih banyak warga keturunan Cina yg sudah tinggal disana selama generasi (sehingga kulit merekapun sudah berbeda dgn keturunan Cina yang bermigrasi pada abad 20an), yang masih kesulitan untuk makan.

 

 

Diharapkan koreksi ini dapat menghilangkan stereotipe di Indonesia , bahwa semua orang keturunan Cina adalah orang kaya yang sukses