Tuesday, October 21, 2008

Lebih Dari Setahun-4

Hari-hari selanjutnya berlalu dengan cepat dan melelahkan. Begitu banyak yang harus mereka lakukan. Keesokkan harinya mereka harus menandatangani berkas-berkas dari bank untuk membuka rekening di mana beasiswa mereka akan dikirimkan oleh pemerintah Jepang.Berkas-berkas yang harus ditulis dengan huruf Jepang, katakana untuk nama mereka dan kanji untuk alamat mereka.

 

 

Bahasa Jepang memakai tiga huruf  secara bersamaan. Hiragana, lekukannya yang lembut seolah mengutarakan asal-usul bagaimana huruf ini dulunya hanya dipakai oleh kaum wanita kerajaan , dipakai untuk kata-kata Jepang asli, katakana yang tarikannya lebih tegas dan kaku dahulu merupakan alat komunikasi tertulis samurai-samurai kelas atas dalam shogun-pemerintahan militer,  dipakai untuk kata-kata asing yang diserap dari luar negeri, misalnya aisu kuri-mu-ice cream, chokore--to-coklat, atau nama-nama orang asing juga. Kemudian kanji, huruf serapan hasil interaksi dengan Cina di masa lampau, yang dipakai untuk istilah-istilah yang telah baku.

 

 

       “Terus tulis alamatnya gimana , Kak?” Di samping Lily, Ali, salah seorang senpai yang menyambut kedatangan mereka kemarin sibuk megajarinya bagaimana mengisi berkas-berkas yang sekian banyaknya. Selain berkas-berkas rekening bank, mereka juga harus mengisi format administratif dari sekolah dan juga surat pengurusan kartu identitas selama mereka di Jepang.

 

 

       Maya melihat ke sekelilingnya. Mereka sedang berada di dalam sebuah ruang kelas yang agak tua. Sebuah papan tulis di depan dan bangku-bangku panjang yang berbaris di atas lantai yang bertingkat-tingkat seperti gedung bioskop. Di sana-sini terdapat kelompok-kelompok kecil senpai-kohai dari berbagai negara, sama seperti kelompok mereka sekarang. Di dekat papan tulis duduk kelompok dari Malaysia, yang di dekat pintu masuk adalah kelompok dari Kamboja, kemudian berturut-turut di baris belakangnya kelompok Singapura, Australia, Filipina, dan beberapa orang lagi yang dibantu langsung oleh sensei-sensei. Ia sempat berkenalan dengan beberapa orang malam sebelumnya. Tepatnya, Lily yang dengan aktif mengajak orang-orang berkenalan, sementara dia yang berada di dekatnya juga jadi ikut-ikutan berkenalan. Maya melihat Lily yang duduk di ujung bangku yang sedang didudukinya. Sementara Erik, Japri dan ia sendiri diajari bagaimana cara mengisi formulir-formulir ini secara bersamaan, Kak Ali dengan setianya duduk di samping Lily dan mengajarinya satu-persatu.

 

 

Apa sih yang menarik dari Lily? begitu pikirnya. Wajahnya biasa-biasa saja, rambutnya yang ikal itu malah kadang-kadang terlihat kusam dan berantakan. Maya tidak mengerti mengapa Lily begitu cepat mengakrabkan diri dengan orang-orang baru. Tadi pagi ketika mereka menyantap makan pagi di shokudou-kantin di mana mereka kemarin disambut para senpai, sudah ada 5 orang dari negara lain yang menyapanya.

 

 

Hi Lily, did you sleep well ?” sapaan yang biasa saja, tapi sapaan-sapaan itu cuma ditujukan untuk Lily, padahal mereka sedang makan pagi berempat. Kak Ali duduk di sebelah Lily dan mereka berdua tampak begitu asik tertawa-tawa padahal mereka hanya mengisi berkas-berkas yang membosankan, sama seperti dirinya.

No comments:

Post a Comment